BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keamanan
dan rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh semua orang
dan termasuk dalam lima kebutuhan dasar dalam hierarki kebutuhan Maslow.
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau keadaan
aman dan tentram sedangkan kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinys
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman(suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi) dan
transenden (keadaan tentang suatu yang melibihi masalah nyeri).
Masalah
yang sering muncul pada kebutuhan aman nyaman adaalah nyeri. Nyeri sendiri
dapat didefinisikan sebagai sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial atau menggambarkan kondisi terjadi kerusakan (International
Association for Study of Pain).
Fenomena
saat ini banyak ditemukan kasus tentang gangguan keamanan dan kenyamanan. Data
di RSUD Cilacap tepatnya di Ruang Bougenville
pada bulan Juni tahun 2016 sekitar 50%
pasien menderita gangguan keamanan dan kenyamanan. Oleh karena itu penulis
tertarik mengangkat kasus ini dalam
suatu asuhan keperawatan.
B.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Mampu melaksanakan
asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan gangguan aman nyaman.
2. Tujuan
Khusus
a.
Mampu memahami asuhan keperawatan dasar
pada pasien dengan gangguan kebutuhan keamanan dan kenyamanan : nyeri akut.
b.
Dapat melakukan pengkajian keperawatan
pada klien dengan gangguan aman nyaman : nyeri akut.
c.
Dapat merumuskan diagnosis keperawatan
dan menentukan prioritas masalah pada klien dengan gangguan aman nyaman : nyeri
akut.
d.
Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan
diagnosis keperawatan serta dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan aman nyaman : myeri akut.
e.
Dapat mengevaluasi hasil akhir terhadap
tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien dengan gangguan aman
nyaman : nyeri akut.
f.
Mampu mendokumentasikan semua tindakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan keamanan dan
kenyamanan.
C.
Manfaat
Penulisan
Manfaat
dari asuhan keperawatan dengan gangguan aman nyaman, yaitu :
1. Bagi
institusi pendidikan
Dapat menambah masukan
dan merupakan sumber informasi nyata tentang asuhan keperawatan dengan gangguan
aman nyaman dilahan praktek. Sehingga institusi pendidikan dapat lebih
meningktkan kualitasnya sebagai ahli madya yang berkualitas.
2. Bagi
mahasiswa
Dapat dijadikan
referensi atau petunjuk pembuatan asuhan keperawatan dengan gangguan aman
nyaman dilahan praktek dengan baik dan benar.
3. Bagi
institusi rumah sakit
Memberikan informasi
kepada institusi rumah sakit tentang pelaksanaaan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan aman nyaman, sehingga dapat membantu meningkatkan
pelayanan rumah sakit.
D.
Sistematika
Penulisan
Makalah
ini terdiri dari 5 BAB yang disusun secara sistematik dengan urutan sebagai
berikut :
Bab
I Pendahuluan, terdiri dari :
1. Latar
Belakang
2. Rumusan
Masalah
3. Tujuan
Penulisan
a.
Tujuan umum
b.
Tujuan khusus
4. Manfaat
Penulisan
a.
Bagi Institusi Pendidikan
b.
Bagi Mahasiswa
c.
Bag Rumah Sakit
5. Sistematika
Penulisan
Bab
II Tinjauan Teori, terdiri dari :
A. Konsep
Kebutuhan Dasar Manusia
a.
Pengertian
b.
Anatomi dan Fisiologi
c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
d.
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
B. Konsep
Keperawatan
a.
Pengkajian
b.
Diagnsa Keperawatan
c.
Fokus Intervensi
Bab
III Tinjauan Khasus, terdiri dari :
A. Pengkajian,
terdiri atas :
1.
Identitas
2.
Riwayat Kesehatan
3.
Pola Fungsional Menurut Gordon
4.
Pemeriksaan Fisik
5.
Program Terapi
6.
Pemeriksaan Penunjang
B. Analisa
Data dan Diagnosa Keperawatan, terdiri atas :
1.
Analisa Data
2.
Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi, terdiri atas :
1.
Intervensi
2.
Implementasi
3.
Evaluasi
Bab
IV Pembahasan, terdiri atas :
A. Pengkajian
B. Diagnosa
Keperawatan
Bab
V Penutup, terdiri atas :
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Konsep
Kebutuhan dasar Manusia
1. Pengertian
Keamanan adalah keadaan
bebas dari cedera fisik dan psikologis atau keadaan aman dan tentram.
(Potter&Perry, 2006).
Kenyamanan adalah suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah nyeri). (Potter&Perry, 2006)
Gangguan kenyamanan
adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam
berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. (Lynda, 2006)
Jadi, gangguan keamanan
dan kenyamanan adalah keadaan yang tidak bebas dan tidak menyenangkan yang
dirasakan oleh setiap individu.
2. Anatomi
dan fisiologi
Antara stimulus cedera
jaringan dan pengalaman subyektif nyeri terhadap empat proses tersendiri :
transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.Tranduksi nyeri adalah proses
rangsagan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik direseptor
nyeri.Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran implus nyeri dari tempat
terinduksi melewati saraf perifer sampai termal dimedula spinalis dan jaringan
neuron-neuron pemancar yang naik dan medula spinalis keotak.
3. Faktor
yang mempengaruhi
1) Emosi
Kecemasan, depresi dan
marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
2) Status
mobilisasi
Keterbatasan aktivitas,
paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko
injuri.
3) Gangguan
presepsi sensori
Mempengaruhi adaptasi
terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
4) Keadaan
imunitas
Gangguan ini akan
menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit.
5) Tingkat
kesadaran
Pada pasien koma,
respon akan menurun terhadap rengsangan,paralisis,disorientasi dan kurang
tidur.
6) Informasi
atau komunikasi
Gangguan komunikasi
seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
7) Gangguan
tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi
gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
8) Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat
menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
9) Status
nutrisi
Keadaan kurang nutrisi
dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit demikian sebaliknya
dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
10) Usia
Pembedaan perkembangan
yang ditemukan dianntara kelompok usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reksi
terhadap nyeri.
11) Jenis
kelamin
Secara umum pria dan
wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon nyeri dan tingkat
kenyamanan.
12) Kebudayaan
Keyakinan dan
nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu menatasi nyeri dan tingkat
kenyamanan yang mereka punyai .
4. Penatalaksanaaan
1) Keperawatan
Non farmakaologi
a. Relaksasi,
distraksi mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu.
b. Stimulasi
kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit abtara lain :
a. Kompres
dada
b. Counteriritin
atau kompres hangat
2) Medis
a. Obat
b. Injeksi
B.
Konsep
Keperawatan
1. Pengkajian
1)
Keamanan
Memastikan lingkungan
aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberi konstribusi keadaan rumah
komunitas atau lingkungan pelayanan kesehatan dan kemudian mengkaji berbagai
ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan.
a. Komunitas
Ancaman keamanan dalam
komunitas dipengaruhi oleh perkembangan gaya hidup, mobilisasi, erubahan
sesnorik dan kesadaran klien terhadap keamanan.
b. Lembaga
pelayanan kesehatan
Jenis dasar resiko
terhadap keamanan klien didalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah terjadi
keceakaan yang disebabkan klien, kecelakaan yang disebabkan prosedur dan
kesalahan yang menyebabkan penggunanan obat.
2) Kenyamanan
Nyeri merupakan
perasaan tidak menyenangkan yang bersifat subyektif dan hanya yang menerimanya
yang dapat menjelaskannya.
Tanda-tanda yang
menunjukan seseorang mengalami nyeri :
a. Posisi
yang memperhatikan pasien
Pasien tampak takut
bergerak dan berusaha merubah posisi yang memberikan rasa nyaman.
b. Ekspresi
umum
1) Tampak
meringis,merintih
2) Cemas,
wajah pucat
3) Ketakutan
bila muncul nyeri mendadak
4) Keluar
keringat
5) Kedua
rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak posisi menggenggam
6) Pasien
tampak menggeliat kesakitan
c. Pasien
dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah :
1) Lokasi
nyeri
2) Waktu
timbulnya nyeri
3) Reaksi
fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
4) Karakteristik
nyeri
5) Faktor
pencetus timbulnya nyeri
6) Cara-cara
yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
2. Masalah
Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Gangguan
rasa nyaman
Batasan karakteristik :
a.
Ansietas
b.
Berkeluh kesah
c.
Gangguan pola tidur
d.
Ketidakmampuan untuk relaks
e.
Gelisah
f.
Merasa kurang senang dengan situasi
g.
Merasa tidak nyaman
h.
Takut
2) Kesiapan
meningkatkan rasa nyaman
Batasan karakteristik :
a.
Menyatakan keinginan meningkatkan rasa
nyaman
b.
Menyatakan keinginan relaksasi
c.
Menyatakan keinginan meningkatkan
resolusi terhadap keluhan
3) Mual
Batasan karakteristik :
a.
Mual
b.
Keengganan terhadap makanan
c.
Sensasi muntah
4) Nyeri
akut
Batasan karakteristik :
a.
Ekspresi wajah nyeri ( misalnya mata
kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpancar atau tetap pada satu
fokus, meringis)
b.
Fokus pada diri sendiri
c.
Mengekspresikan sesuatu (misalnya
gelisah, merengek, menangis, waspada)
d.
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
e.
Perubahan selera makan
f.
Sikap melindungi area nyeri
5) Nyeri
kronis
Batasan karakteristik :
a.
Anoreksia
b.
Ekspresi wajah nyeri (misalnya mata
kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpancar atau tetap pada satu
fokus, meringis)
c.
Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas
sebelumnya
d.
Keluhan tentang intensitas menggunakan
standan skala nyeri( misalnya skala WongBaker FACES, skala analog fisual, skala
penilaian numberik)
e.
Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan
aktivitas (misalnya anggota keluarga , pemberi asuhan)
6) Nyeri
persalinan
Batasan karakteristik :
a.
Dilatasi pupil
b.
Mual
c.
Muntah
d.
Nyeri
e.
Peningkatan nafsu makan
f.
Penurunan nafsu makan
g.
Perilaku melindungi yang sakit
h.
Perubahan pola tidur
i.
Posisi rieks untuk mengatasi nyeri
3. Fokus
Intervensi Keperawatan
Nyeri akut / kronis
berhubungan dengan agen cedera fisik.
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan tingkatnyeri dapat
teratasi. Dengan kriteria hasil :
Pain level
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
Melaporkan adanya nyeri
|
|
|
2.
Ekpresi pada wajah
|
|
|
3.
Frekuensi nyeri
|
|
|
Keterangan :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
Intervensi :
Pain management.
1.
Kaji nyeri secara komprehensif.
2.
Kaji skala dan sumber nyeri.
3.
Nasehati pasien untuk beristirahat.
4.
Berikan pengetahuan tentang nyeri.
5.
Nasehati keluarga untuk menenangkan
pasien.
6.
Berikan relaksasi progresive dan
massage.
7.
Berikan analgetik sesuai anjuran dokter.
BAB III
TINJAUAN KHASUS
A. Pengkajian Pre Operasi
Asuhan keperawatan pada Tn. S di ruang Bougenville RSUD
Cilacap dengan gangguan kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada tanggal 21 Juni
2016, pengkajian dilakukan pada tanggal 21 Juni 2016 di ruang Bougenville RSUD
Cilacap. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Identitas
Diri Klien
Pasien bernama Tn. S
berumur 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat di Karangmangu Rt. 02 Rw. 06
Kroya. Pasien sudah menikah, beragama islam, suku Jawa, pendidikan terakhirnya
SMA dan pekerjaannya sebagai buruh. Pada tanggal 21 Juni 2016 pasien masuk
keruan Bougenville RSUD Cilacap, kemudian dikaji penulis pada tanggal 21 Juni
2016. Sumber informasi didapat dari pasien dan keluarganya.
2. Riwayat
Penyakit
Keluhan utama masuk
Rumah Sakit adalah HIL (Hernia Inguinlis Lateralis). Keluhan utama saat
pengkajian adalah nyeri dibagian bawah perut bagian kanan, nyerinya seperti
ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada bawah perut, skala nyerinya 6, nyerinya
hilang timbul jika melakukan gerakan. Pasien datang melalui IGD Cilacap
kemudian dipindahkan ke ruang Bougenville. Pasien mengatakan dulu saat berumur
3 tahun pernah masuk Rumah Sakit dan menjalani operasi Hernia pada bagian kiri.
Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga dan tidak ada
yang pernah masuk Rumah Sakit. Diagnosa medik pada saat masuk Rumah Sakit
adalah HIL (Hernia Inguinais Lateralis) dengan pemeriksaan penunjang cek
laboratrium dan tindakan yang telah dilakukan adalah pemasangan infus dan
pemasangan selang kateter.
3. Pengkajian
Pola Fungsional Gordon
Pola
presepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien sedikt mengerti tentang penyakitnya
tetapi tidak mengerti perwatan dan tindakan yang dilakukan untuk pengobatan
penyakitnya.
Pola nutrisi atau metabolik, program diit RS :
nasi, sebelum sakit pasien mengonsumsi nasi, sayur dan lauk sedangkan selama sakit
pasien mengonsumsi nasi, sayur dan lauk yang disedian RS.
Intake
makan : pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehar ( nasi, sayur dan lauk)
dengan porsi habis sedangakan selama sakit pasien makan 3x sehari( nasi, sayur
dan lauk) dengan porsi habis. Intake cairan : pasien sebelum sakit menatakan
minum 8 gelas 1 hari air putih dan air teh sedangkan selama sakit pasien minum
8 gelas sehari air putih.
Pola
eliminasi : pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1x sehari dengan konsistensi
padat dan berwarna kuning sedangkan selama sakit pasien BAB 1x sehari dengan
konsistensi padat dan berwarna kuning. Sebelum sakit pasien mengatakan BAK
rutin 5x sehari berwarna jernih sedangkan selama sakit pasien BAK 1x sehari
rutin 5x jernih.
Pola
aktivitas dan latihan seperti makan/minum dan mobilitas ditempat tidur
mandiri,toileting dibantu dengan alat sedangkan mandi,berpakaian,berpindah dan
ambulasi/ROM dibantu oleh orang lain.
Pola
tidur dan istirahat : pasien mengatakan sebelum sakit tidur 7 jam sehari dan
tidak ada gangguan tidur sedangkan selama sakit tidur 4 jam sehari dan sering
terbangun karena nyeri.
Pola
perseptual : sebelum sakit dan selama sakit pasien mengatakan tidak ada
gangguan pada panca indranya. Pola presepsi diri pasien sebelum sakit pasien
mengatakan harus tetap sehat dan selama sakit pasien menerima dean pasrah
dengan kondisi tubuhnya.
Pola
peran hubungan : sebelum sakit pasien mengatakan hubungan dengan keluarga
terjalin dengan baik sedangkan selama sakit pasien mengatakan istrinya sangat
perhatian. Pola seksual dan reproduksi : sebelum sakit pasien mengatakan tidak
ada masalah pada pola seksual dan reproduksinya sedangkan selama sakit pasien
mengatakan ada masalah pda pola reproduksi dan seksualnya.
Pola
management koping-sters : sebelum sakit jika ada masalah selalu bercerita
kepada istrinya sedangkan selama sakit kjika ada masalah bermusyawarah dengan
istrinya. Sistem nilai dan kepercayaan : sebelum sakit dan selama sakit pasien
melakukan ibadah dengan rajin.
4. Pemeriksaan
Fisik
Saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil yaitu keadaan umumnya cukup,
kesadaran compos mentis dengan tanda-tanda vital (TTV) dengan tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37°C, RR 20x/menit, berat badan 65 kg dan
tinggi badan 167 cm.
Kepala
bentuk mesocephal, tidak ada lesi dan rambut hitam, kedua mata : simetris,
tidak memakai alat bantu, fungsi penglihatan baik, hidung : simetris, tidak ada
polip dan fungsi penciuman baik,telinga : simetris, tidak menggunakan alat
bantudan fungsi pendengaran baik, mulut : membran mukosa bibir lembab, tidak
ada stomatitis, leher : tidak ada edema, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pada
pemeriksaan thorak payudara : simetris, tidak ada luka dan tidak ada benjolan.
Pada pemeriksaan jantung didapatkan hasilinspeksi simetris,tidak ada lesi,
palpasi teratur tidak terlalu kuat, perkusi bunyi pekak,tidak ada pelebaran,
auskultasi simetris, tidak ada lesi, tidak ada suara tambahan.
Pemeriksaan
paru didapatkan hasil inspeksi simetris, tidak ada lesi, pengembangan dada
kanan kiri simetris, palpasi vokal fremitus sama kanan dan kiri, perkusi bunyi
pekak pada paru, auskultasi tidak ada ronkhi. Pemeriksaan abdomen didapatka
hasil inspeksi simetris, auskultasi terdengar bising usus, palpasi tidak ada
nyeri tekan pada kuadran, perkusi timpani.
Genetalia
pasien terpasang kateter, punggung simetris, tidak ada lesi, ektremitas atas
terpasang infus RL ditangan dan bawah gerak aktif tetap sedikit cemas.
5. Program
Terapi
Terapi yang diberikan
saat pasien masuk Rumah Sakit adalah Infus RL 20 Tpm, injeksi Ceftriaxone 1g/12
jam dan injeksi Keterolac 30mg/12 jam.
6. Hasil
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan
penunjang melalui cek laboratorium adalah hemoglobin 16,9 , leukosit 8,460 ,
hematokrit 48 , eritrosit 5,8 , trombosit 218,000, MCV 82,1 , MCH 29,0 , MCHC
35,4 , RDW 11,9 .
7. Tindakan
yang Telah Dilakukan
Operasi HILD pada
tanggal 22 Juni 2016.
B. Analisis Data dan Perumusan
Diagnosa Keperawatan Sebelum Operasi
1. Analisis
Data Sebelum Operasi
No
|
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
DS : Pasien
mengatakan nyeri pada bagian bawah perut bagian kanan.
P : Nyeri
Hernia.
Q : Nyeri
seperti ditusuk-tusuk.
R : Nyeri pada
bawah perut.
S : Ekspresi
wajah pasien menunjukan skala nyeri 6.
T : Nyeri
hilang timbul.
DO : Pasien
terlihat menahan nyeri dengan meringis
kesakitan.
|
Agen injuri
biologi.
|
Nyeri akut.
|
2. Perumusan
Diagnosa Keperawatan
a.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Sebelum Operasi
1) Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri biologi ditandai dengan pasien mengatakan
nyeri pada bawah perut bagian kanan, nyeri Hernia, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
nyeri pada bawah perut, skala nyeri 6, nyeri hilang timbuldan pasien tampak
menahan nyeri dengan meringis kesakitan.
C. Intervensi, Implementasi dan
Evaluasi Pra Operasi
a.
Sebelum
Operasi (Pra Operasi)
1. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri biologi ditandai dengan nyeri pada bawah
perut bagian kanan, nyeri hernia, nyeri seperti ditusuk-tusuk nyeri pada bawah
perut dengan skala nyeri 6 dan nyeri hilang timbul.
a.
Intervensi
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
Pain level
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
Melaporkan adanya nyeri
|
2
|
4
|
2.
Ekspresi pada wajah
|
2
|
4
|
3.
Frekuensi nyeri
|
2
|
4
|
Keterangan :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
Intervensi
:
Pain
management.
1) Kaji
nyeri secara komprehensif.
Rasional : Untuk
menegetahui penyebab nyeri.
2) Kaji
skala dan sumber nyeri.
Rasional : Untuk
mengetahui skala dan sumber nyeri yang dirasakan pasien.
3) Nasehati
pasien untuk beristirahat.
Rasional : Untuk
mengurangi tingkat kecemasan pasien.
4) Berikan
pengetahuan tentang nyeri.
Rasional : Untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang nyeri.
5) Nasehati
keluarga untuk menenangkan pasien.
Rasional : Untuk
mengurangi tingkat kecemasan pasien.
6) Berikan
relaksasi progresive dan massage.
Rasional : Teknik
nonfarmakologi dapat membantu mengatasi nyeri
7) Berikan
analgetik sesuai anjuran dokter.
Rasional : Untuk
membantu proses penyembuhan pasien.
b.
Implementasi
Selasa,
21 Juni 2016
1.
Mengkaji skala dan sumber nyeri.
2.
Memonitor TTV.
3.
Mengajarkan teknik relaksasi.
c.
Evaluasi
Selasa,
21 Juni 2016
S
: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, nyeri hernia, nerinya seperti
ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada bawah perut dengan skala nyeri 5 dan nyeri
hilang timbul.
O
: Pasien tampak bisa menahan nyeri.
A
: Masalah nyeri belum teratasi.
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
Melaporkan adanya nyeri
|
3
|
4
|
2.
Ekspresi pada wajah
|
3
|
4
|
3.
Frekuensi nyeri
|
3
|
4
|
Keterangan
:
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
P : Lanjutkan intervensi no. 6 dan no. 7
1.
Melakukan teknik distraksi relaksasi
jika perlu.
2.
Berikan terapi analgetik sesuai anjuran
dokter.
D. Pengkajian
Setelah Operasi (Post Operasi)
Pada pengkajian post operasi hari ke-0 yaitu pada tanggal
22 Juni 2016, keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu,
nyeri pada bagian post operasi HILD (Hernia Inguinalis Lateralis
Dextra), wajah pasien
menunjukan nyeri pada skala 5. Nyeri timbul jika pasien
bergerak dan aktivitas pasien masih dibantu keluarga.
Hasil pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik pada Tn. S
didapatkan hasil kesadaran komposmentis, hasil tanda vital sign TD : 120/90
mmHg, Nadi : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu 37oC, Berat badan :
65 kg, Tinggi Badan : 167 cm
E. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa
Keperawatan Setelah Operasi (Post Operasi)
1. Analisisa
Data Setelah Operasi
No
|
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
DS : Pasien mengatakan nyeri post operasi pada bawah perut sebelah kanan.
P : Nyeri post operasi Hernia.
Q : Nyeri
seperti disayat-sayat.
R : Nyeri pada
bawah perut.
S : Ekspresi
wajah pasien menujukan skala nyeri 5.
T : Nyeri
hilang timbul.
DO : Pasien
tampak menahan nyeri dengan meringis kesakitan.
|
Agen injuri fisik.
|
Nyeri akut.
|
2.
|
DS : Pasien
mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri.
DO : Pasien
tampak lemas dan pucat, pasien tidur 4
jam dimalam hari dan sering terbangun karena nyeri.
|
Nyeri.
|
Gangguan pola
tidur.
|
3.
|
DS : Pasien
mengatakan cemas pada penyakitnya.
DO : Pasien
tampak gelisah dan wajah pasien tampak pucat.
|
Kondisi
penyakit.
|
Ansietas.
|
2. Diagnosa
Keperawatan yang Mungkin Muncul Setelah Operasi
1) Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai denganpasien mengatakan
nyeri pada post operasi Hernia bawah perut bagian kanan, nyeri post operasi
Hernia,nyeri seperti disayat-sayat, nyeri pada bawah perut, skala nyeri 5,
nyeri hilang timbul dan pasien tampak menahan nyeri dengan meringis kesakitan.
2) Gangguan
pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien mengatakan tidak
bisa tidur karena nyeri dan pasien tampak lemas, pasien tidur 4 jam dimalam
hari dan sering terbangun karena nyeri.
3) Ansietas
berhubungan dengan kondisi penyakit berhubungan dengan pasien mengatakan cemas
pada penyakitnya, pasien tampak gelisah dan wajah pasien terlihat pucat.
F.
Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi Setelah Operasi (Post Operasi)
1. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan nyeri pada post
operasi Hernia bawah perut bagian kanan, nyeri post operasi hernia, nyeri
seperti disayat-sayat, nyeri pada bawah perut dengan skala nyeri 5 dan nyeri
hilang timbul.
a.
Intervensi
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
Pain level
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
Melaporkan adanya nyeri
|
2
|
4
|
2.
Ekspresi pada wajah
|
2
|
4
|
3.
Frekuensi nyeri
|
2
|
4
|
Keterangan :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
Intervensi
:
Pain
management.
1) Kaji
nyeri secara komprehensif.
Rasional : Untuk
menegetahui penyebab nyeri.
2) Kaji
skala dan sumber nyeri.
Rasional : Untuk
mengetahui skala dan sumber nyeri yang dirasakan pasien.
3) Nasehati
pasien untuk beristirahat.
Rasional : Untuk
mengurangi tingkat kecemasan pasien.
4) Berikan
pengetahuan tentang nyeri.
Rasional : Untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang nyeri.
5) Nasehati
keluarga untuk menenangkan pasien.
Rasional : Untuk
mengurangi tingkat kecemasan pasien.
6) Berikan
relaksasi progresive dan massage.
Rasional : Teknik
nonfarmakologi dapat membantu mengatasi nyeri
7) Berikan
analgetik sesuai anjuran dokter.
Rasional : Untuk
membantu proses penyembuhan pasien.
b.
Implementasi
Rabu,
22 Juni 2016
1.
Memonitor aliran infus.
2.
Memberikan obat IV Keterolac 30mg
(drib).
3.
Mengukur tekanan darah.
Kamis,
23 Juni 2016
1.
Memberikan obat Keterolac 30mg (drib).
2.
Melepas selang kateter.
c.
Evaluasi
Kamis,
23 Juni 2016
S
: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, nyeri hernia, nyerinya seperti
ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada bawah perut dengan skala nyeri 2 dan nyeri
hilang timbul.
O
: Pasien tampak bisa menahan nyeri.
A
: Masalah nyeri belum teratasi.
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
Melaporkan adanya nyeri
|
3
|
4
|
2.
Ekspresi pada wajah
|
3
|
4
|
3.
Frekuensi nyeri
|
3
|
4
|
Keterangan
:
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
P : Lanjutkan intervensi no. 6 dan no. 7
1.
Melakukan teknik distraksi relaksasi
jika perlu.
2.
Berikan terapi analgetik sesuai anjuran
dokter.
2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri berhubungan dengan pasien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri dan
pasien terlihat lemas,pasien tidur 4 jam dimalam hari dan sering terbangun karena nyeri.
a.
Intervensi
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
tidur dapat teratasi dengan kriteri hasil :
Tidur
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
Jam tidur
|
2
|
4
|
2.
Pola tidur
|
2
|
4
|
3.
Kualitas tidur
|
2
|
4
|
Keterangan
:
1.
Sangat terganggu
2.
Banyak terganggu
3.
Cukup terganggu
4.
Sedikit terganggu
5.
Tidak terganggu
Intervensi
:
Peningkatan
tidur.
1.
Memonitor pola tidur pasien dan jumlah
jam tidur.
Rasional
: Untuk mengontrol pola tidur dan jumlah jam tidur pasien.
3.
Tentukan pola tidur atau aktivitas
pasien.
Rasional
: Untuk mengetahui pola tidur atau aktivitas pasien.
3.
Bantu untuk menghilangkan situasi stres
sebelum tidur.
Rasional
: Untuk mengurangi faktor pengganggu tidur pasien.
4.
Ajarkan pasien bagaimana melakukan
relaksasi otot autogenik atau bentuk non farmakologi lainnya untuk memancing
tidur.
Rasional
: Agar pasien dapat tidur dengan nyenyak.
5.
Anjurkan pasien untuk menghindari makan
sebelum tidur dan minuman yang
mengganggu tidur.
Rasional
: Agar pasien dapat tidur lebih nyaman dan cepat tertidur.
6.
Anjurkan untuk tidur siang hari jika
diindikasikan untuk memenuhi kebutuhan tidur.
Rasional
: Agar dapat memenuhi kebutuhan tidur pasien yang terganggu.
7.
Diskusikan pada pasien dan keluarga
mengenai teknik untuk meningkatkan tidur.
Rasional
: Agar pasien dan keluarga mengetahui teknik untuk meningkatkan tidur.
b.
Implementasi
Rabu,
22 Juni 2016
1.
Menasehati pasien agar beristirahat.
2.
Melakukan relaksasi kepada pasien dengan
memberikan musik melow agar pasien cepat tertidur.
Kamis, 23 Juni 2016
1.
Menanyakan kepada pasien dan keluarga
pasien tentang teknik yang membuat pasien tidur.
2.
Melakukan relaksasi kepada pasien dengan
memberikan musik melow agar pasien dapat cepat tertidur.
c.
Evaluasi
Kamis,
23 Juni 2016
S
: Pasien menatakan sudah bisa tertidur dengan nyenyak.
O
: pasien terlihat sudah tidak lemas.
A
: masalah tidur teratasi, dengan kriteria hasil :
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
Jam tidur
|
4
|
4
|
2.
Pola tidur
|
4
|
4
|
3.
Kualitas tidur
|
4
|
4
|
Keterangan
:
1.
Sangat terganggu
2.
Banyak terganggu
3.
Cukup terganggu
4.
Sedikit terganggu
5.
Tidak terganggu
P : Hentikan intervensi.
3.
Ansietas berhubungan dengan kondisi penyakit
ditandai dengan pasien mengatakan cemas pada penyakitnya dan pasien tampak
gelisah.
a.
Intervensi
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan tingkat
kecemasan berkurang dengan kriteria hasil :
Tingkat
kecemasan.
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
Tidak dapat beristirahat
|
2
|
4
|
2.
Wajah tegang
|
2
|
4
|
3.
Gangguan tidur
|
2
|
4
|
Keterangan
:
1.
Berat
2.
Cukup berat
3.
Sedang
4.
Ringan
5.
Tidak ada
Intervensi :
Pengurangan kecemasan.
1.
Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan.
Rasional : Agar pasien
percaya terhadap perawatan yang diberikan.
2.
Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal
kecemasan.
Rasional : Untuk
mengetahui tanda verbal dan nonverbal kecemasan pasien.
3.
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku pasien.
Rasional : Untuk
membuat pasien mempunyai harapan yang positif.
4.
Puji/kuatkan perilaku yang baik secara
tepat.
Rasional : Untuk
menguatkan hati pasien.
5.
Dengarkan klien.
Rasional : Agar pasien
merasa tenang ada yang peduli.
6.
Lakukan usapan pada punggung/leher
dengan cara tepat.
Rasional : Agar pasien
merasa lebih rileks.
7.
Atur penggunaan obat-obatan untuk
mengurangi kecemasan secara tepat.
Rasional : Agar pasien
dapat lebih tenang.
b.
Implementasi
Rabu,
22 Juni 2016
1.
Meyakinkan kepada pasien bahwa
operasinya sudah berjalan dengan lancar.
2.
Memberikan terapi relaksasi kepada
pasien agar kecemasan pasien berkurang.
Kamis, 23 Juni 2016
1.
Mengukur tekanan darah.
2.
Meyakinkan kepada pasien bahwa
penyakitnya telah terobati.
c.
Evaluasi
Kamis,
23 Juni 2016
S
: Pasien mengatakan kecemasan terhadap penyakitnya sudah tidak ada.
O
: Pasien terlihat optimis.
A
: Masalah tingkat kecemasan teratasi, dengan kriteria hasil :
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
Tidak dapat beristirahat
|
4
|
4
|
2.
Wajah tegang
|
4
|
4
|
3.
Gangguan tidur
|
4
|
4
|
Keterangan
:
1.
Berat
2.
Cukup berat
3.
Sedang
4.
Ringan
5.
Tidak ada
P
: Hentikan intervensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian untuk nyeri adalah
pengkajian P,Q,R,S,T. Perawat menanyakan kepada pasien pencetus timbulnya
nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri dan waktu timbulnya nyeri dan
didapatkan data bahwa nyeri timbul akibat HIL ,nyerinya seperti ditusuk-tusuk,
skala nyeri 5 dan nyeri hilang timbul.
Pola nutrisi metabolik : pada pola
ini dibahas nutrisi pada pasien berubah saat sebelum sakit dan selama sakit dan
selama sakit pasien mendapatkan diit dari rumaha sakit, pada khasus ini
didapatkan data bahwa pasien mendapat diit rumah sakit yaitu makanan biasa.
Pola eliminasi : pola eliminasi pada
pengkajian Gordon dibahas bahwa data pola yang didapatkan ada 2 yaitu buang air
besar dan buang air kecil. Pada pola eliminasi buang air besar dikaji dari
mulai berapa kali BAB sehari, bentuk feses, warna, tekstur, saat BAB nyeri atau
tidak. Pada pola eliminasi buang air kecil dari berapa kali BAK sehari, warna
dan bau. Pada khasus ini didapatkan bahwa pola eliminasi BAB pasien selama
sakit yaitu 1xsehari dan BAK pasien dibantu dengan urinal.
Pola aktivitas dan latihan : pada
pola ini dibahas dari aktivitas seperti makan/minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilitas tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Dalam melakukan
pengkajian perawat mengacu pada skala aktivitas manusia yaitu 0 = mandiri, 1 =
alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain dan alat, 4=
tergantung total. Pada khasus ini didapatkan data bahwa selama sakit makan/minum
dan mobilitas ditempat tidur mandiri,toileting dibantu dengan alat sedangkan
mandi,berpakaian,berpindah dan ambulasi/ROM dibantu oleh orang lain.
Pola
tidur dan istirahat : pada pola tidur dan istirahat yang dapat dikaji dari
perawat yaitu lama pasien tidur dan kualitas tidur pasien, apabila kualitas
pasien terganggu maka dapat dikaji pula gangguan tidur pasien. Pola tidur
pasien pada khasus ini mengalami gangguan yaitu selama sakit pasien hanya tidur
4 jam dalam sehari.
Pola
persepsual : pada pola ini dapat dikaji dari mulai penglihatan pasien,
pendengaran pasien, peraba, perasa dan penciuman. Pada khasus ini didapat data
bahwa pasien tidak ada gangguan pada panca inderanya.
Pola
presepsi diri : pada pola ini dapat dijelaskan bahwa pasien menerima atau tidak
dengan penyakitnya dan apa keinginannya selama sakit. Pada khasus ini didapatkan
bahwa pasien menerima dan pasrah dengan kondisi tubuhnya.
Pola
peran dan hubungan : pada pola peran dan hubungan dapat dikaji dari pasien
yaitu kooperatif ayau tidak dengan perawat atau tenaga kesehatan lainnya, mau
diajak kerjasama atau tidak dengan perawat saat dirawat dirumah sakit, peran
dirumah sebagai apa, dan bagaimana hubungan dengan keluarga atau tenaga
kesehatan apakah terjalin dengan baik atau tidak. Pada khasus ini didapat data
bahwa pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terjalin dengan baik dan
selama pasien sakit istrinya sangat perhatian dengannya.
Pola
seksualitas dan reproduksi : pada pola ini dapat dikaji dari mulai sudah
menikah atau belum,ada masalah atau tidak dalam reproduksinya. Pada khasus ini
didapatkan data bahwa pasien sudah menikah dan selama sakit pasien mengatakan
ada masalah dalam pola seksual dan reproduksinya.
Pola
management-koping-stress : pola management-koping-stress pada pengkajian
fungsional Gordon yaitu dapat dikaji kepada siapa pasien bercerita atau mengeluh
ketika pasien sakit. Pada khasus ini pasien mengatakan jika ada ,masalah pasien
selalu bercerita kepada istrinya.
Pola
sistem nilai dan kepercayaan : pola sistem nilai dan kepercayaan pada
pengkajian Gordon meliputi agama yang dianut pasien serta bagaimana selama
sakit apakah pasien masih melakukan ibadah atau tidak. Pada khasus ini diperleh
data bahwa selama sakit pasien tetap melaksanakan ibadah dengan rajin.
Pemeriksaan
fisik, kesan umum dari pemeriksaan fisik ada 4 yaitu sakit berat bila pasien sesak
hebat, kejang dan syok, sakit sedang bila pasien masih tampak lemah tetapi
masih bisa duduk, sakit ringan bila pasien masih dapat berjalan-jalan, yang
terakhir yaitu tampak tidak sakit. Pada khasus ini didapatkan data bahwa
kesadaran pasien adalah compos mentis.
Denyut
nadi dapat teraba akibat gelombang aliran darah yang dihasilkan dari mulai
pangkal aorta hingga kepembuluh darah kecil akibat sistolik vertikal kiri.
Frekuensi normal nadi yaitu 60-100 x/menit irama reguler/irreguler. Arteri yang
dapat diperiksa yaitu temporalis didepan telings,aorta area suprasternal,
brachialis lengan sebelah dalam, radialis area radius,politeal aea politeal.
Pada khasus ini didapat data bahwa nadi pasien yaitu 80x/menit atau dalam
frekuensi normal.
Pernafasan,
frekuensi normal pernafasan yaitu 14-20x/menit. Pada khasus ini didapatkan data
bahwa pernafasan pasien adalah 20x/menit.
Suhu,
batas normal suhu manusia yaitu 36,5°C-37,5°C. Suhu pasien saat pemeriksaan
yaitu 37°C.
Berat
badan pasien yaitu dan tinggi badan pasien yaitu .
Pemeriksaan
fisik kepala,bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi dan rambut hitam.
Pemeriksaan mata didapatkan kedua mata simetris, tidak memakai alat
bantu,fungsi penglihatan baik. Pemeriksaan hidung, lubang hidung simetris,
tidak ada polip, fungsi penciuman baik. Peeriksaan telinga, simetris, tidak
menggunakan alat bantudan fungsi pendengaran bak. Pemeriksaan mulut didapatkan
data membran mukosa bibir lembab dan tidak ada stomatitis. Pemeriksaan leher,
tidak ada edema dan tidak ada pembesaran kelejar tyroid.
Pemeriksaan
thorak meliputi payudara, jantung, paru dan abdomen. Pada pemeriksaan payudara didapatkan
data payudara simetris dan tidak ada
luka. Pemeriksaan jantung mulai dari inspeksi simetris, palpasi teratur tidak
terlalu kuat, perkusi bunyi pekak dan tidak ada pelebaran, auskultasi bunyi
jantung normal dan tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan paru didapatkan hasil
inspeksi : simetris, tidak ada lesi dan
pengembagan data kanan dan kiri simetris, palpasi : vokal premitus sama kanan
dan kiri, perkusi : bunyi pekak pada paru , auskultasi : tidak ada ronkhi.
Pemeriksaaan
abdomen, didapatkan hasil inspeksi : simetris, auskultasi : terdengar bising
usus, palapasi : tidak ada nyeri tekan
pada kuadran, perkusi : timpani.
Pemeriksaan
genetalia didapatkan hasil pasien terpasang kateter, pemeriksaan punggung yaitu
simetris dan tidak ada lesi. Pemeriksaan ektremitas, ada 2 yaitu ektremitas
atas dan bawah. Pada khasus ini bahwa ektremitas atas pasien yaitu terpasang
infus RL ditangan dan ektremitas bawah gerak aktif tetapi sedikit lemas.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukaan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, penulis akan membahas masalah keperawatan yang
muncul selama pemberian asuhan keperawatan. Pengumpulan data subyektif maupun
obyektif pada gangguan kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada saat pengkajian
ditemukan berbagai macam gangguan, misalnya nyeri akut, gangguan pola tidur,
dan ansietas. Pada pengkajian gangguan kebutuhan keamanan dan kenyamanan
diakibatkan oleh post operasi Hernia Inguinalis Lateralis (HIL).
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada khasus nyata sesuai konsep teori, yaitu :
a.
Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
Nyeri akut menurut (Aziz Alimul, 2006), menyatakan bahwa
nyeri akut adalah nyeri yang timbul secra mendadak dan cepat menghilang, yang
tidak melebihi 6 bulan yang ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Didukung
dengan data pasien mengatakan nyeri pada bawah perut, P : nyeri hernia, Q :
nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri pada bawah perut, S : skala nyeri 5, T :
nyeri hilang timbul.
Berdasarkan konsep teori dari buku Diagnosa Keperawatan
2015-2017 diagnosa yang muncul adalah nyeri akut dan merupakan diagnosa
prioritas karena nyeri adalah yang paling dirasakan oleh pasien.
2. Diagnosa keperawatan yang tidak
ditemukan pada khasus nyata tetapi ada dalam konsep teori, yaitu :
a.
Gangguan
rasa nyaman
Menurut Diagnosis Keperawatan 2015-2017, batasan
karakteristik dari gangguan rasa nyaman adalah ansietas, berkeluh kesah,
gangguan pola tidur, ketidakmampuan untuk relaks, gelisah, merasa kurang senang
dengan situasi, merasa tidak nyaman, takut.
b.
Kesiapan
meningkatkan rasa nyaman
Menurut Diagnosis Keperawatan 2015-2017, batasan
karakteristik dari kesiapan meningkatkan rasa nyaman adalah menyatakan
keinginan meningkatkan rasa nyaman, menyatakan keinginan meningkatkan
relaksasi, menyatakan keinginan meningkatkan resolusi terhadap keluhan.
c.
Mual
Menurut Diagnosis Keperawatan 2015-2017, batasan
karakteristik dari mual adalah mual, keengganan terhadap makanan dan sensasi
muntah.
d.
Nyeri
kronis
Menurut Diagnosis Keperawatan 2015-2017, batasan
karakteristik dari nyeri kronis adalah anoreksia, ekspresi wajah nyeri,
hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya, keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri,laporan tentang perilaku nyeri/ perubahan
aktivitas.
e.
Nyeri
persalinan
Menurut Diagnosis Keperawatan 2015-2017, batasan
karakteristik dari nyeri persalinnan adalah dilatasi pupil, mual, mual, muntah,
nyeri, peningkatan nafsu makan, penurunan nafsu makan, perilaku melindungi yang
sakit, perubahan pola tidur, posisi rileks untuk mengatasi nyeri.
3. Diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada khasus nyata tetapi tidak ada dalam konsep teori, yaitu :
a.
Gangguan
pola tidur b.d nyeri
Dari pengkajian didapatkan data bahwa pasien mengatakan
tidak bisa tidur karena nyeridan tampak lemas. Gangguan pola tidur tidak
termasuk dalam diagnosa keperawatan yang ada dikonsep teori karena diagnosa
gangguan pola tidur termasuk dalam kebutuhan dasar aktivitas/istirahat.
b.
Ansietas
b.d kondisi penyakit
Dari pengkajian didapatkan data pasien mengatakan cemas
terhadap penyakitnya dan tampak gelisah. Ansietas tidak termasuk kedalam
diagnosa keperawatan yang ada dikonsep teori karena diagnosa ansietas termasuk
dalam kebutuhan koping/toleransi stress.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan pada Tn. S pada tanggal 21 Juni 2016 – 23 Juni 2016 dengan
gangguan keamanan dan kenyamanan dapat diambil kesimpualan nyeri belum teratasi
karena pasien masih merasakan nyeri walaupun dalam skala ringan.
Dalam penyusunan asuhan
keperawatan ini, penulis memunculkan diagnosa prioritas nyeri akut karena dalam
pengkajian pasien mengatakan nyeri pada bawah perut, nyeri yang drasakan kurang
dari 6 bulan,nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul.
Hasil pemeriksaan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37°C,
respirasi 20x/menit.
Tindakan keperawatan
yang dilakukan penulis adalah melakukan nafas dalam untuk membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien. Sedangkan tindakan medis yang dilakukan penulis
adalah memberikan terapi analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Evaluasi yang
didaapatkan dari implementasi yang sudah dilakukan adalah pasien mengatakan
nyeri sudah berkurang, pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan
skala nyeri 3 dan nyerinya hilang timbul. Pasien masih tampak menahan nyeri
walaupun nyerinya sudah berkurang.
Setelah penulis
melakkan pengkajian, menetapkan diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
penulis melakukan pendokumentasian tindakan yang sudah dilakukan secara
menyeluruh pada pasien dalam bentuk asuhan keperawatan pada Tn. S dengan
gangguan keamanan dan kenyamanan.
B. Saran
1. Institusi
pendidikan
Saran untuk Akper
Serulingmas Cilacap untuk referensi buku yang terkait dengan nyeri atau
referensi buku yang lain mohon untuk diperbaharui karena referensi yang
digunakan adalah diatas tahun 2006 sedangkan diperpustakaan rata-rata ditemukan
buku yang sudah lama dan mohon tingkatkan sarana prasarana penunjang seperti
internet agar mahasiswa mudah untuk mencari referensi lain jika tidak ada
dibuku.
2. Rumah
Sakit
Saran untuk ruang Bougenville
RSUD Cilacap, agar sarana prasarana di lengkapi karena untuk memudahkan dalam
melakukan pengkajian maupun tindakan keperawatan yang lain.
3. Mahasiswa
Dalam melakukan
pengkajian kepada pasien hendaknya mahasiswa lebih teliti sehingga mendapatkan
data-data yang akurat dari pasien sehingga didapatkan diagnosa yang sesuai
dengan kondisi pasien. Mahasiswa juga diharapkan untuk menerapkan cuci tangan 6
dan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker.
Why online casino is better for women in India?
BalasHapusOnline casino gambling 카지노 has come a long way, thanks to Indian men with kadangpintar an unmatched degree of skill and knowledge, 메리트카지노 which is why it's